Jumat, 01 Januari 2010

KETOSIS PADA KUDA

KETOSIS PADA KUDA

Etiologi

Ketosis pada umumnya didefinisikan sebagai adanya akumulasi abnormal benda keton atau aseton dalam tubuh. Menurut subronto (2007). Ketosis merupakan penyakit metabolisme yang ditandai penimbunan benda-0benda keton yaitu Asam asetoasetat (AAA), Beta Hidroxibutirat (BOB) dan hasil dekarboksilasinya yaitu aseton dan isopropanol dalam cairan tubuh.

Gb. Benda keton

Ketosis pada kuda jarang dijumpai dan sangat sedikit sekali kejadiannya. Ketosis pada kuda hanya terjadi di hati saja (Bergman, 197O). pada kuda umunya terjadi karena pemberian pakan dengan kualitas rendah pada saat tubuh memerlukan banyak energi seperti masa bunting , laktasi dan penyakit sistemik (demam, mastitis, diabetes, dll). Keadaan ini dapat menyebabkan hiperlipemia syndrome dan akhirnya ketosis.
Pada saat tubuh kekurangan glukosa, maka asam lemak bebas dalam jumlah besar akan dilepas oleh jaringan lemak, sehingga hati akan memecahkan asam lemak bebas dalam jumlah yang lebih besar. Asam lemak bebas yang dimobi1isasi dari jaringan lemak merupakan sumber energi yang diperlukan oleh jaringan, yang bisanya didapat dari glukosa, Dalam keadaan normal asam lemak dioksidasi dalam hati menjadi acetyl-CoA. Acetyl-CoA kemudian dimetabolisir menjadi air dan CO2 dengan mengbasi1kan ATP. Bila kekurangan glukosa maka maka asam lemak yang dipecah oleh hati akan lebih besar. Hal ini akan menyebabkan terlampauinya kemampuan hati untuk mengoksidasi semua acetyl-CoA, Salah satu jalan bagi acetyl-CoA yang tertimbun dengan cepat ini adalah pembentukan (membentuk) badan-badan keton yang khususnya terjadi di hati.

Sebagian acetyl-CoA ini diubah menjadi acetoacetyl-CoA dan selanjutnya menjadi asam acetoacetat, Asam acetoacetat ini menga1ami reduksi menjadi asam betahydroksibutirat atau mengalami dekarboksilasi menjadi aceton. Bila badan-badan keton terlalu banyak maka jaringan tidak dapat lagi memanfaatkannya, karena badaan-badan keton dalam konsentrasi yang tinggi sudah merupakan racun bagi tubuh.
Karena tidak seimbang antara pembentukan dan penggunaannya maka terjadi ketosis (Harper, 1979). Ketosis terjadi karena pembentukan badan-badan keton yang berlebihan dalam hati dan berkurangnya penggunaan badan-badan keton oleh jaringan ektrahepatik merupakan faktor yang menentukan (Bradley,1979).

Gb. Hepar yang mengalami degenerasi melemak, tampak kuning atau lebuih pucat dari biasanya, konsistensi kurang padat.

Tanda-tanda ketosis antara lain anorexia, atony rumen, konstipasi, turunnya produksi susu dan penurunan berat badan.
Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk primer ataupun sekunder. Ketosis primer adalah kelinan metabolik yang terjadi apabila tidak disertai kondisi patologis lainnya, sedangkan ketosis sekunder adalah dampak dari kelainan patologis lainnya seperti milk fever, mastitis, metritis atau retensio sekundinarum. Mekanisme yang menyebabkan ketosis belum diketahui dengan pasti.

Patogenesis

Pada dasarnya tubuh menggunakan karbohidrat sebagai sumber energy utama.
Kekurangan karbohidrat

Ketidakseimbangan energy → kadar glukosa darah ↓

Tubuh memobilisasi lemak tubuh

Kuda memanfaatkan cadangan lemak tubuh sebagai sumber energy

Oksidasi asam lemak yang tidak sempurna terjadi dan terbentuk benda-benda keton

Level gula darah turun, keton dalam darah meningkat

KETOSIS

Pada umumnya ketosis pada kuda sering terjadi pada kasus tying up syndrome (kelelahan). Gejala pada kuda secara mendadak, berupa:
• Kekakuan otot, rasa sakit pada kaki,
• Pada kuda pacu biasanya memperlihatkan gejala sempoyongan saat berjalan, inkoordinasi gerak serta tidak mau makan

Proses Pembentukan dan Oksidasi Benda Keton

1. Transpor lemak dalam cairan tubuh
Hampir semua lemak dalam ransum makanan yang diserap oleh usus masuk ke saluran limfa. TG (trigliserida) dipecah menjadi MG (monogliserida) + AL (asam lemak). Di dalam usus disintesa kembali menjadi TG atau kilomikron (+ kolesterol 3%, fosfolipid 9%, apoprotein B 1%) berguna mencegah adesi ke pembuluh limfa. Nasib kilomikron: dihidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) yang ada di dalam endotel kapiler. TG menjadi MG + gliserol. Fosfolipid menghasilkan AL yang kemudian masuk ke dalam sel jaringan lemak dan hepar.
2. Metabolisme triasilgliserol
Triasilgliserol (TG) merupakan kelompok lipid paling penting untuk metabolisme energi. TG dapat diperoleh dari makanan atau dari sintesis dalam hepar, jaringan lemak, kelenjar susu laktasi, ginjal, otak dan paru-paru. AL disintesis di dalam sitosol dari Ac-CoA yang berasal dari KH, AA atau AL. Ac-CoA dibuat di mitokondria, tetapi tidak dapat melintasi membran dalam, pembawanya adalah sitrat yang kemudian masuk ke sitosol yang menyebabkan Ac-CoA + oksaloasetat:
a. Oksaloasetat kembali ke mitokondria dan masuk ke siklus Krebs
b. Ac-CoA mengalami karboksilasi menjadi malonil-CoA untuk membuat ALRPj dengan bantuan NADPH dan enzim sintetase AL.
TG disintesis lewat dua jalur yaitu jalur fosfatidat dan monoasilgliserol. Katabolisme TG menjadi CO2 merupakan sumber energi yang penting bagi hewan. Jantung, hepar, dan otot (istirahat) banyak memanfaatkan oksidasi AL. Degradasi ALRPj berlangsung terutama melalui beta-oksidasi. Oksidasi asam palmitat (16-C; jenuh) menjadi Ac-CoA menghasilkan 35 ATP. Oksidasi 8 Ac-CoA, CO2 + H2O lewat Siklus Krebs menghasilkan 96 ATP (eff. 43%). Oksidasi AL tak jenuh memerlukan 2 enzim lagi: isomerase dan epimerase. Ac-CoA dapat dipakai untuk macam-macam keperluan: masuk Siklus Krebs, sintesis ALPRPj asetilasi, sintesis steroid dan sintesis benda keton menghasilkan 96 ATP (eff. 43%).
3. Sintesis benda keton
Asil-CoA yang dibuat di sitosol hepar mengalami dua alternatif:
a. Dioksidasi di mitokondria
b. Diubah menjadi TG dan fosfolipid di sitosol
Masuknya Asil-CoA ke mitokondria diselenggarakan oleh karnitin dengan bantuan enzim karnitin-asiltransferase (KAT); ini dihambat oleh malonil-CoA (MCA). Ketika energi berlimpah, [MCA] ↑ KAT < masuknya AL ke mitokondria < ketogenesis < Ketika glukosa <, [MCA] < KAT > masuknya AL ke mitokondria > ketogenesis >
a. Oksidasi AL di mitokondria hepar berlangsung lewat dua jalur
b. Oksidasi menjadi CO2 lewat β-oksidasi dan siklus Krebs
c. Oksidasi jadi Ac-CoA  ketogenesis  oksidasi jadi CO2 diluar hepar.
Ketogenesis dapat berlanjut menjadi ketosis: kadang-kadang terjadi pada waktu dipuasakan, bunting, laktasi dan menderita DM, asidosis
Faktor kunci terjadinya ketogenesis:
a. Tingginya laju pengambilan AL oleh hepar
b. Rendahnya kadar glukose arah
c. Rendahnya glukosa < zat antara siklus Krebs < oksaloasetat. Oksaloasetat merupakan faktor penentu apakah Ac-CoA dioksidasi menjadi CO¬¬¬2 atau dipakai untuk membuat benda keton.
4. Oksidasi benda keton
Jaringan perifer terutama otot, dapat memperoleh energi dari oksidasi benda keton. Otot jantung dan korteks ginjal lebih menyukai asetoasetat daripada glukose. Selama kelaparan atau menderita DM, otak hewan meningkatkan oksidasi asetoasetat. Β-hidroksi butirat dioksidasi oleh NAD+ menjadi asetoasetat + suksinil-CoA menjadi asetoasetil-CoA  2 Ac-CoA. Aseton sedikit saja digunakan. Asetoasetat dapat dibentuk dari aseton atau propilen glikol menjadi piruvat atau format + asetat.












Gejala Klinis

Gejala yang pertama teramati adalah penurunan nafsu makan, penurunan produksi air susu dan adanya ketonemia, yang berlangsung selama beberapa hari. Terjadi perubahan bau nafas dan air susu. Biasanya bau yang tercium dikatakan sebagai bau aseton,meskipun sebenarnya lebih mirip dengan metyl-sulfida (Kronfeld, 1986). Gejala syaraf biasanya diamati dalam pemeriksaan yang berbentuk sebagai kelesuan penderita, tidak tanggap terhadap rangsangan suara maupun mekanis.
Biasa pula dijumpai adanya hipersalivasi, menjilat suatu objek berkali-kali, dan terlihatnya gerak mengunyah. Otot-otot bahu dan pinggang mungkin tampak gemetar (hipertonia neuralis), yang hanya bias terlihat 1-2 hari pertama kejadian penyakit. Gangguan syaraf selanjutnya berbentuk sebagai berjalan tanpa tujuan, inkoordinasi, dan mungkin menerjang objek didepannya. Gejala syaraf yang demikian dikenal sebagai ketosis bentuk nervosa, akan berkurang dan hilang setelah penderita hilang nafsu makannya.
Gejala ketosis berikutnya yang sering dikenal sebagi ketosis bentuk pencernaan (digesti), sangat bervariasi. Penderita mungkin masih mau makan hijauan, meskipun dilakukan sangat lamban, atau nafsu makannya hilang sama sekali. Produksi air susu berkurang, mulai dari ringan sampai berat derajatnya. kalau penderita sangat menurun nafsu makannya dalam beberapa minggu, penurunan sekresi air susu akan bersifat tetap karena rusaknya jaringan hati. Rumen yang mula-mula dalam keadaan penuh dalam beberapa hari akan menjadi “kosong”, yang tonusnya dalam keadaan awal gangguan meningkat berubah menjadi lemah. Tinja yang dibebaskan biasanya keras dan terbungkus lender, atau mungkin berbentuk cair karena kurangnya pakan dan air penderita mengalami dehidrasi, kulit dan bulu tampak kusam, kering dan kurang elastic. Karena hilangnya nafsu makan dalam beberapa hari penderita merosot berat badannya.
Karena involusi rahim yang belum sempurna penderita ketosis juga seringkali memperlihatkan leleran dari vaginanya. Dalam palpasi rectal rahim terasa menebal. Kelenjar susu kadang juga membengkak dan vena mamria tampak membesar. Kedua keadaan terseut, sering mengacaukan diagnosis ketosis dengan metritis dan mastitis. Tergantung dari beratnya proses dan kecepatan munculnya gejala klinis ketosis, gangguan metabolism ini dapat berlangsung secara akut, subakut dan kronik.
Dari sifat manifestasi klinisnya, ketosis sering dibedakan ke dalam ketosis bentuk nervosa dan bentuk digesti. Pada awal kejadian gejala lebih banyak ditentukan oleh gangguan fungsi syaraf, yang pada gangguan syaraf pusat menyebabkan deresi sampai eksitasi, bahkan sering tampak liar, sedangkan gangguan kegiatan saraf otonom akan menyebabkan gejala gangguan pencernaan yang berbentuk sebagai hipersalivasi, kerja rumen yang meningkat atau menurun, dan peningkatan atau pengurangan frekuensi pengeluaran tinja, yang semuanya mirip gejala indigesti.

Diagnosis

Diagnosis asetonemia dapat dilakukan berdasarkan gejala klinis yang terlihat. Adanya hipoglicemia, ketonaemia, ketonurea dan ketolaktia dapat membantu menegakkan diagnosa terhadap ketosis. Uji untuk mengenal benda keton di lapangan dapat dilakukan dengan uji nitroprusid. Di dalam praktek telah diperdagangkan produk untuk uji nitroprusid, antara lain Acetest dalam bentuk tablet dan Ketostick dalam bentuk lempengan celup.

Cara yang dianjurkan untuk melakukan uji nitroprusid dengan Acetest dengan reagen tablet adalah sebagai berikut :
tablet yang mengandung nitoprusid ditambahkan satu tetes plasma, kemih atau air susu
baca hasil uji setelah 2 menit untuk plasma dan untuk cairan lainnya setelah 30 detik
Warna jingga yang terlihat dari tablet bervariasi dari jingga muda sampai jingga tua tergantung pada jumlah benda keton yang dikandung. Hasil positif adanya benda keton didalam kemih tanpa disertai gejala klinis lainnya dan dapat digunakan sebagai peringatan akan terjadinya gangguan metabolisme.

Kadar benda keton di dalam air susu kira-kira sama dengan yang terdapat di dalam plasma, dan untuk diagnosis lebih dapat dipercaya daripada benda keton di dalam kemih. Kadar 4 mg/dl air susu, atau reaksi positif 1, cukup dipakai untuk pedoman dalam mengobati ketosis.
Beberapa tes laboratorium juga dapat dilakukan, antara lain:
Pemeriksaan dengan Peningkatan level serum yaitu benda keton, FFA, dan NEFA, bilirubin, AST, GGT, dan SDH. Sedangkan terjadi pula penurunan level serum yaitu trigliserida ( tidak termobilisasi di dalam hati ), kolesterol, glukosa, albumin, magnesium, globulin dan insulin.
Selain itu juga dapat dilakukan biopsi hati, ginjal dan jantung yang dapat berupa degenerasi melemak.

Terapi
Terapi yang dilakukan berdasarkan bentuk ketosisnya. Pada ketosis yang berlangsung secara klinis sifat dan cara pengobatannya yang ditempuh sangat bervariasi. Hasil pengobatan yang diperoleh juga sangat bervariasi, karena apada kasus-kasus sebagian kuda segera sembuh, sedangkan sebagian lagi memerlukan cara-cara pengobatan yang melelahkan.

Pengobatan yang paling banyak dianjurkan antara lain sebagai berikut :

1. Dengan glukosa 50%, sebanyak 500 ml disuntikan secara intravena. Karena tingginya kadar gula tersebut tidak dianjurkan disuntikan secara subkutan. Tujuan penggunaan glukosa adalah untuk meningkatkan kadar glukosa darah sehingga menghilangkan gejala klinis, mengurangi proses glukoneogenesis, meningkatkan kadar gula darah hingga dapat mendorong pembebasan insulin, dan menurunkan pembebasan asam lemak (FFA).
Dengan penyuntikan tersebut kadar benda keton segera turun, tetapi segera naik lagi setelah kadar glukosa turun. Biasanya, karena glukosa relatif cepat dieliminasikan, gejala ketosis akan terlihat lagi setelah terjadi penurunan kadar gula. Untuk mengurangi terulangnya gejala klinis, dosis glukosa tersebut kadang-kadang disuntikan dua kali atau lebih, tergantung pada kondisi kuda tersebut.

2. Dengan sediaan glukokortikoid. Glukokortikoid mampu meningkatkan kadar gula sampai 100-150mg/dl selama beberapa jam, bahkan sampai 36 jam. Dosis yang dianjurkan adalah sebagai berikut. Untuk hidrokortison 1000mg, prednisone 100mg, deksametason 10mg dan untuk flumetason 2mg, semuanya dengan cara disuntikan. Sasaran utama penggunaan glukokortikoid adalahuntuk menurunkan pemanfaatan glukosa di dalam jaringan, terutama jaringan otot.

3. Pemberian senyawa yang membentuk gukosa secara oral. Senyawa-senyawa tersebut meliputi asam laktat 200-250g / hari, asam propionat 200-250g / hari, gliserol 450 g diberikan 2 kali sehari, dan propien glikol 240-300g / 2 kali sehari. Keempat senyawa diatas didalam rumen diubah menjadi glukosa melalui daur krebs, melalui pembentukan asam susinat. Senyawa tersebut dapat dipakai sebagai pelengkap pengobatan dengan glukosa, atau untuk tujuan pencegahan. Untuk membantu pengobatan dengan glukosa secara intra vena, senyawa pembentuk glukosa sebaiknya diberikan 2-3 hari, sedang untuk pencegahan ketosis diberikan pada saat gejala subklinis teramati.

4. Dengan hormone insulin, dosis yang dianjurkan untuk protamine zinc insulin adalah 200 IU disuntikan intramuskuler atau subkutan. Karena masih memiliki efek selama 36 jam penyuntikan ulang tidak boleh dilakukan sebelum 48 jam. Hormone insulin memiliki kerjaan antiketogenik yang bagus, yan selain menurunkan benda keton darah, juga meningkatkan penggunaan glukosa darah.

5. Dengan senyawa-senyawa lipotropik. Seperti halnya dengan senyawa pembentuk glukosa, senyawa lipotropik hanya baik digunakan sebagai pembantu pengobatan, atau tindakan pencegahan. Senyawa lipotropik dimaksudkan untuk meningkatkan pemecahan FFA hingga penimbunan lemak dalam hati dapat dihindarkan.
Senyawa lipotropik yang paling banyak digunakan adalah cholin 25g disuntikan secara subkutan sedikitnya 2 kali, L-Methionin 20 g dilarutkan dalam air lebih dari 500ml air disuntikan intravena,cysteamine HCL 0,75g dilarutkan dalam air 250 ml, disuntikan intravena dan diulangi tiap 3 hari. Cysteamin merupakan senyawa pembentuk KoA, analog hidroksi methionin harganya murah dan stabil.

Obat-obat yang digunakan untuk treatmen ketosis pada kuda:
• Dexamethasone Powder
• EquiRedcellSupplement4L
• KopperKare Thrush475ML
• Shin-Band Liniment250ML
• Zev CoughRemedy2L&4L
• Nitro Ointment 400 G
• 3 in 1 Liniment 1L
• Pink Eye/Keraplex 500ML
• Quench-Lyte-56G
• Dusting-powder-1KG
• Udder-budder-400G
• Vit-E-W/Selenium-2.5KG
• Pinkaway-Powder-50G
• Proud-Flesh-Dust-200G
• Scarlet-Oil-Pump-500ML

Penanganan
• ketosis lapar primer diberi pakan yang lebih
• ketosis lapar sekunder penanganan ditujukan pada gangguan atau penyakit primernya dan diberi pakan yang merangsang nafsu makan

Pencegahan
• .Ketosis adalah penyakit gangguan metabolisme lemak karena kekurangan karbohidrat, oleh karena itu pencegahannya didasarkan kepada pencegahan terhadap kekurangan karbohidrat tersebut.
• Kuda diberi pakan hijauan dengan kualitas yang baik terutama pada masa laktasi.
• Hewan dalam susunan pakannya/ ransum tidak boleh terlalu tinggi dalam lemaknya.
• Pada hewan yang bunting harus diberikan pakan berlebihan secara bertahap sesuai umur kebuntingan sampai pada waktu setelah melahirkan.
• Hewan yang sedang berproduksi tidak boleh dibiarkan dalam keadaan lapar dan terlalu banyak mengkonsumsi pakan yang mengandung lemak terutama pada awal laktasi.
• Perhatian khusus pada masa kering kandang, Pemberian pakan yang sangat palatable yang akan menstimulasi pasokan bahan kering dan energi. Pemberian niacin pada ransum 2 minggu sebelum melahirkan. Penambahan molasses dalam pakan selama beberapa minggu pertama laktasi..
• Mencegah terjadinya hipoinsulinisme yang menyebabkan ganggaun pemanfaatan glukosa.
• Hindarkan dari perubahan cuaca atau suhu yang dapat menimbulkan stress berat.












Daftar Pustaka

Bradley R.F, 1971. DiabeticKetoacidosis and Coma, JoslinsDiabetis Melitus. 11th
Ed. Lea and Febringer. Philadelphia.
Bergman E.N. 1970. Disorder of Carbohydrate and Fat Metabolism. Duke Physiology of Domestic Animal . 8th Ed. M.J. Swenson .Ed. Cornell University Press.
Gibbons, Walter J. 1963. Disease of Cattle Edition 2nd. California : AmericanVeterinary Publications INC
Hardjopranoto, Soeharrojo. 1993. Ilmu Kemajiran Pada Ternak.Surabaya : Universitas Airlangga Press
Harper H.A., V.W. Roowell and P. A. Mayer. 1979. Terjemahan Muliawan,Biokimia Ed ke 17. Lange Medical Publ. Los Altos. California. USA. Penerbit Buku Kedokteran E.G.C. Jakarta.
Smith, B.P. 2002. Large Animal Internal Medicine. St Louis, London, Philadelphia, Sydney, Toronto: Mosby
Subronto & Tjahajati, Ida. 2004. Ilmu Penyakit Ternak II.Yogyakarta : UGM Press
Subronto. 2007. Ilmu Penyakit Ternak II. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
http://www.palmervet.com/ketosis.htm
http://www.archive.org/stream/ketosisindomesti00samp/ketosisindomesti00samp_djvu.txt.
http://jds.fass.org/cgi/reprint/54/6/974.pdf
S.kenyon : http://ag.ansc.purdue.edu/nielsen/www495/notes/unit6_2.html
8495 : http://www2.dpi.qld.gov.au/dairy/8495.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar